Exspedisi Pendakian Gunung Peut Sagoe (Bagian 2)
Puncak Apui |
Siang itu perjalanan terasa tegang, Seusai makan siang hujan pun turun dengan sangat deras mengguyur tubuh kami. Diantara lebatnya hutan tropis dgn pepohonan besar kami bergerak menuju vegetasi yg ditumbuhi tumbuhan rebung yg sangat padat, tidak bisa berjalan tanpa menebas. 375° sudut yg saya kunci, tidak banyak berpindah karna puncak Tutong (salah satu dari 4 puncak Peut Sagoe) berada tepat didepan. Memang tidak terlihat karena tumbuhan yang masih lebih tinggi dari tinggi manusia normal, tapi punggungannya jelas, hanya ada satu jalan, merintis lurus ke atas dari ketinggian 1900 mdpl menuju 2464 mdpl...
Sekarang sudah memasuki hari ke 3 pendakian, menuju camp 4. Hari - hari sebelumnya berjalan sangat cepat, jalur yg di lalui gajah sangat membantu, terbuka lebar, seperti jalan tol saja, hanya sedikit menebas. Hujan masih bertahan, Track terasa sangat berat, Leader melepas ranselnya mempercepat pergerakan untuk menebas, tugas anggota tim lainnya menggilir ransel tersebut ke atas, lagi-lagi hal itu sangat membantu sehingga kami tidak banyak berdiri dengan beban berat menunggu printisan jalur,
Sekitar pukul 4 sore kami beristirahat sejenak, meminum sedikit air dan mengatur nafas. Jalur yang ada didepan berupa tanjakan seperti sebuah tebing, mental terpukul,,, "tidak mungkin kembali ke bawah dah berpindah punggungan, jalan kami sudah benar, yang ada didepan sekarang adalah ujian". Itu tergambar dari setiap wajah kami saat saling meyakinkan, mengerti resiko yg ada dan cepat dalam mengambil keputusan adalah sebuah tuntutan.
view menuju puncak Tutong |
Perlahan kami melangkah dengan sangat hati-hati, sangat hening, tak banyak berbincang,,, fokus kedepan. Dibelakang kami panorama alam terbentang sangat indah, sedikit dibayang-bayang oleh kabut ketinggian, tapi tetap jelas terlihat. Hari semakin sore,,, harus bergegas,, terlihat Leader sudah berhasil melewati tebing dan bergerak ke kanan kembali memasuki hutan... semakin tinggi menanjak semakin curam dan licin tebing yang kami lintasi, belum lagi tergelincir karena pijakan kaki yang tidak pas, langsung merebahkan badan ke tebing untuk mengamankan diri.
Sampai salah satu dari kami menamakan tebing tersebut dengan nama tebing Taubat.. syukur saat itu, satu persatu anggota tim melewati tebing tersebut, Leader yang sudah menemukan lapak camp juga kembali kebelakang untuk membantu pergerakan tim,, senter pun sudah kami hidupkan karena hari terasa lebih cepat gelap, mungkin karena cuaca yg terus terguyur hujan,, terlihat dari raut wajah semua,, ada yg pucat,, ada yang mengeluarkan air mata, dan ada juga yang tertawa mencairkan suasana dan mengembalikan keyakinan dan semangat tim. Tebing itu cukup sekali, tak ada jalan kembali, jalur pulang harus di rintis ulang lagi nanti. Hari itu kami bermalam di dekat puncak. Hujan masih saja turun, walau tidak sederas td sore,, membuat udara malam terasa sangat dingin.
Tebing Taubat |
Esok paginya hari sangat cerah, tubuh mulai terasa nyeri , wajar saja sudah 4 hari berjalan. Puncak sedang menunggu, tim pun segera bersiap-bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Mencari koordinat puncak Tutong kemudian Turun menuju ke sedle (posisi antara dua puncak) antara puncak Tutong dan puncak Apui yang merupakan target utama. Pukul 12 siang tim tiba di titik puncak Tutong yang ada di peta, cukup sulit mencarinya, kawasan yg jarang sekali di sentuh. Vegetasi masih tetap saja padat, padahal sudah dipuncak, Puncak Tutong sendiri mempunyai arti Puncak yang terbakar, benar saja di puncak ini disuguhi pemandangan pepohonan besar yang telah hangus dibagian pucuk2nya, mungkin saja disebabkan aktivitas puncak Apui yang tepat berada disebelahnya. Kami adalah salah satu tim dari sedikit yang bisa memijakkan kaki di puncak Tutong, "penghormatan saya kepada tim".
Puncak Tutong |
Perjalanan belum berakhir, puncak yang menjadi kebanggaan dari gunung Peut Sagoe ini yang akan selanjutnya dituju. Bergerak sedikit kebawah mengikuti arah kompas. Puncak berkawah mengeluarkan belerang yang tidak terlalu banyak, megah bak mahkota seorang raja, terpampang jelas di depan. Tapi tunggu, perjalanan tidak akan mudah.... Walau sudah mendapatkan jalan turun, tetap saja punggungannya terlalu terjal,, target sudah terlihat, berada dibawah, luas bak lapangan sepak bola, terbesit dalam hati, "di bawah nanti akan menarik".
view puncak Tutong dari bawah |
Cuaca di gunung Peut Sagoe benar-benar tidak bersahabat,, dari cerahnya sinar matahari berubah menjadi derasnya hujan yang berjatuhan, kabut menutupi pandangan, Medan menjadi sangat licin, pergerakan menjadi lamban, mengapa tidak, Leader kembali harus menebas,,,, menebas sambil menuruni punggungan. Sampai tiba di posisi camp sekitar pukul 6 sore,,, ya waktu teraasa begitu cepat saat kami menuruni puncak Tutong,, antara terlalu berhati-hati atau sangat menikmati... Haha tapi kali ini itu terbayar lunas,,
antara puncak Tutong & Apui |
antara puncak Tutong & Apui |
Mata terhenyak, kaki kaku tak ingin melangkah, senyum kecil tampak dari bibir, hening, sunyi . Semua terpaku,,, berada diantara dua gunung yg megah, pandangan yang terbuka, siluet senja yang sangat indah, berpadu dengan samudera awan yg tak terlalu tebal ..... Syukur pada Tuhan didalam hati ini. Sedikit lama kami tidak bergerak, menikmati panorama alam yang di hadiahkan kepada hambanya,,,, terasa begitu berharga karena ujian sulit berhasil dilewati, buah strawbery hutan melimpah di sekeliling , sumber air bersih dekat, inilah surganya , surga yg tersembunyi ,, potret alam yang membuat seorangpun tak ingin berpaling darinya,,,, luar biasa.
view puncak Apui dari bawah |
Malam pun datang,,, semuanya telah membersihkan diri, mengganti pakaian kering,,, menghidupkan api dan menikmati kopi hangat sera snack-snack ringan yang kami bawa.. sembari menyiapkan makan malam. Semua merasa sangat senang, tergambar dari wajahnya,, perbincangan malam yang sangat menyenangkan, penuh dengan candaan , hal-hal yang akan sangat dirindukan dikemudia hari.
Camp 5 |
Menu malam ini sangat lezat, rendang daging sapi akhirnya terbuka, itulah yang ditunggu-tunggu,,,, hahahah, Sup hasil tangan koki handal menemani menu utamanya... Perpaduan sempurna, di tempat yang sempurna ,di waktu yang sempurna, dan di moment yang sempurna... Merupakan makan malam terlezat selama jalannya expedisi.
Setelah makan breafing kecil dimulai, bercerita kembali tentang kejadian berkesan yang telah dilewati,,, sambil tertawa bercanda,, mengejek satu sama lain. Sifat asli yang terlihat diperjalanan, menjadi rahasia indah tersendiri. Malam saat itu sangat indah, langit cerah, bintang-bintang bertaburan. terasa begitu besar anugerah Tuhan, begitu indahnya bumi ini, begitu indah alam semesta. Kami pun memandangi langit malam itu cukup lama.
matahari terbit |
Hari yang dinantikan pun tiba, semua anggota tim berangkat menuju puncak Apui, yang katanya puncak yang memiliki view paling indah diantara 4 puncak Peut Sagoe. Tepat pukul 12 siang tim berhasil tiba di puncak dan langsung mengumandangkan Adzan sebagai rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tak lama badai pun datang. sembari menunggu redanya badai kami membentangkan flysheet untuk berlindung dan mempersiapkan makan siang. ahhh benar-benar bukan hari keberuntungan tim, sampai makan siang selesai badai tak kunjung reda, bahkan badai berlangsung sampai hari sudah gelap. dan kami pun memutuskan untuk memdirikan tenda dan bermalam di puncak pada hari itu.
diterpa badai |
Keesokan harinya tim bangun dan menikmati mata hari terbit dari atas puncak Apui. Terlihat juga sebuah danau bernama Danau Kemiki. Danau tersebut berada di tengah-tengah 4 puncak Peut Sagoe dan sangat asri. Di atas sana terdapat kawah yang masih aktif mengeluarkan belerang. yang menandakan bahwasanya gunung tersebut benar merupakan gunung yang masih aktif. Puas menikmati panorama-panorama langka yang ada, tim pun melanjutkan pengambilan dokumentasi.
puncak Apui |
puncak Kawah Apui
Sebuah Perjalanan yang sulit terlupakan, perjalanan yang belum tentu bisa di reka ulang, pengalaman berarti, bersama orang-orang hebat dan pantang menyerah,,, Terimakasih , Muslim Ruhdi (Supervisor), Gamel (Ketua Tim), Arief Furqan Hamasi & Al hadhi Rahman Sebagai (Leader), perempuan-perempuan tangguh Desti Muatiara (Koki), Rina Ridara (Medis), Novia Nur Ariska (Dokumentasi), Fathur (Sweaper), Zhia Ulhaq (Jejaker) , dan saya sendiri Taufik (Navigator). Kita Semua adalah orang - orang hebat. Salam Lestari!!!
Komentar
Posting Komentar