Ekspedisi Pendakian Puncak Peut Sagoe (surga kecil tak terjamah)


Puncak Kawah Peut Sagoe

    Mendaki gunung! ya begitulah kita menyebutnya, mendaki gunung merupakan salah satu hobi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya kaum muda, kegiatan alam bebas yang tergolong ekstrim ini telah memikat hati dan jiwa banyak kalangan, dari anak-anak sampai lansia pun ikut mengambil bagian dalam hal kegiatan mendaki. Di indonesia sendiri terdapat cukup banyak gunung-gunung yang menjulang tinggi, baik gunung yang masih aktif maupun tidak, seperti gunung Kerinci, Mahameru, Bukit Raya, Latimojong, Rinjani, Binaiya dan Jaya Wijaya yang kemudian kita kenal dengan sebutan Seven Summit Indonesia atau 7 puncak tertinggi di Indonesia. Di Indonesia juga terdapat gunung yang menyandang predikat jalur pendakian terpanjang se Asia Tenggara yaitu gunung Leuser yang terletak di Provinsi Aceh. Dengan begitu banyak gunung-gunung yang ada di Indonesia tentu sangat memanjakan mata para penikmat ketinggian yang ada di negeri ini.

    Seperti halnya gunung Leuser, banyak sekali gunung-gunung yang ada di ujung barat Indonesia ini memiliki jalur pendakian yang jauh dan panjang. Sehingga butuh waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu bagi seorang pendaki untuk bisa berada di puncak. Tidak hanya jalur pendakian yang panjang, seringkali gunung-gunung di Aceh juga tidak memiliki akses jalur yang terbuka. Dengan demikian proses pendakian diharuskan untuk membuka jalur dengan cara menebas. kegiatan pendakian pun dituntut untuk selalu mengutamakan keselamatan, seperti kewajiban untuk membawa alat navigasi darat, perlekapan survival, dll.  Hal tersebut dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.


Pelepasan Tim

   Salah satu gunung lain yang ada di Aceh adalah Gunung yang bernama Peut Sagoe. Berada di Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh dan merupakan gunung api aktif juga termasuk dalam kawasan ekosistem Ulu Masen. Gunung ini sering disebut dengan nama Gunong Peut Sago yang mempunyai arti Gunung Empat Sisi. Yaa dari namanya gunung ini sendiri terdiri dari 4 puncakan yang saling berdekatan sehingga membentuk sebuah kesatuan, yaitu puncak Tutong, puncak Apui, puncak Peut Sago dan puncak Keumiki. Walaupun tidak banyak yang melakukan pendakian ke gunung ini, nama gunung ini cukup familiar di telinga masyarakat aceh. Keindahan serta keasrian alamnya yang masih sangat terjaga adalah daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang berniat untuk mendaki gunung ini. Berbagai macam jenis flora dan fauna endemik pulau Sumatera seperti Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Rafflesia dan Bunga Bangkai akan kita jumpai di gunung ini. Sungguh akan menjadi pengalaman menakjubkan yang belum tentu bisa kita temukan di tempat lain.

    Pertengahan bulan Februari tahun 2020 sebelum Pandemi Covid-19 memasuki negara Indonesia. Saya dan 9 teman saya mencoba untuk melakukan sebuah eskpedisi pendakian ke gunung Peut Sago. Segala misteri serta keindahan alamnya yang tersembunyi seakan menjadi hantaman kuat kepada diri kami agar bisa menaklukannya. Sebuah ekspedisi yang menyimpan banyak kisah dan memberikan banyak pelajaran penting tentang hidup dan kerendahan hati. Perjalanan yang hanya berhadiahkan rasa lelah dan jenuh serta keinginan untuk berputus asa, sebuah kisah perjalanan yang panjang dan sangat ingin saya ceritakan.


Potret pepohonan

    Segala persiapan sudah dimulai selama kurang lebih 3 bulan sebelum keberangkatan. Fisik , mental dan kesehatan merupakan hal-hal yang sangat diutamakan. Berbagai macam skenario sudah dipersiapkan untuk meminimalisir segala resiko yang akan terjadi. Persedian makanan dan semua perlengkapan juga telah diatur dengan sedemikian rupa agar tersedia dan berfungsi secara efektif sesuai kebutuhan. Usaha tanpa lelah dan doa yang selalu dipanjatkan mengiringi kami hingga sampai ke hari pendakian.

  Tim memulai keberangkatan menuju titik start tepat pada pukul 08.00 WIB, melewati desa Pucok yang merupakan desa terakhir sebelum memasuki kawasan gunung Peut Sagoe. Dengan menggunakan kendaraan berupa sepeda motor trial serta mendapatkan bantuan dari pemuda setempat sebagai joki yang merupakan teman dari salah satu anggota tim pendakian, sebut saja namanya Zhia (Jejaker) . Sebuah pengalaman yang mengerikan. melewati jalanan bebatuan yang sangat terjal dan juga rentan terhadap longsor dengan kecepatan tinggi, membuat jantung mau copot!! tangan yang tidak pernah lepas dari si abang joki dengan mata tertutup karena takut, seakan menjadi sensasi dan adrenalin tersendiri. 


dek mat (joki)

 

   Seharusnya perjalanan dari desa terakhir menuju titik start tidak menggunakan sepeda motor, melainkan menggunakan mobil offroad. Tapi beberapa hari sebelum keberangkaan terjadi musibah longsor dijalan yang akan kami lewati sehingga kami harus mimilih opsi lain. Sekitar pukul 16.00 WIB kami semua telah tiba dan berkumpul di titik start. sebuah tempat dengan panorama yang sangat indah, tempat sunyi dikelilingin barisan bukit serta dihiasi dengan hijaunya perkebunan yang luas. Pemandangan yang membuat rasa lelah melayang jauh.  



lokasi start

  

      Keesokan harinya pagi terasa berbeda, indra penglihatan seperti di restart kembali, udara dingin yang terhirup terasa begitu segar. ketika segalanya telah selesai, semua bersiap menyambut hari pertama pendakian. Perkiraan jarak tempuh kurang lebih sejauh 4,9 km hingga tiba di camp 2 bukanlah jarak yang dekat, tetapi jalan yang akan kami lewati sedikit mudah karena jalurnya merupakan jalan setapak yang dipakai warga lokal untuk bercocok tanam. Tunggu!! akhirnya semua hanya menjadi cerita dan angan-angan belaka, Furqan (Leader) tanpa sengaja telah membawa kami keluar dari  jalur, sementara jam baru menunjukan pukul 10.00 WIB, itu artinya perjalanan baru berjalan kurang lebih 3 jam saja,  

    Kami berusaha untuk menemukan jalur semula dengan tetap berjalan kedepan, tapi hasilnya nol dan malah membuat kami tambah lelah. Opsi lain untuk kembali kebelakang alih-alih mencari kembali jalur awal merupakan pilihan yang sangat tidak tepat karena tim sudah berjalan cukup jauh, justru akan membuang-buang waktu yang tersisa. Akhirnya kami memutuskan untuk mulai merintis jalur pendakian dengan cara menebas. Furqan (Leader) dan Hadi (Co Leader) memimpin pendakian sembari membukakan jalan agar mudah dilewati, dan Taufik (Navigator) mulai aktif menjaga arah untuk tetap berada pada sudut yang telah diambil agar dapat menyusuri  medan yang mudah hingga sampai ke camp 2. 


Kantong Semar

   Setelah melanjutkan perjalanan cukup lama  tibalah kami di suatu tempat yang ditumbuhi begitu banyak kantong semar, lebih tepatnya seperti sebuah kebun kantong semar. Tidak hanya di pohon-pohon tumbuhan ini pun tumbuh berserakan seperti rerumputan liar. Bisa anda bayangkan sendiri bagaimana perasaan siapa saja yang melihat pemandangan langka seperti itu. Sungguh merupakan tempat yang indah, tersembunyi di tengah hutan jauh dari polusi dan tangan-tangan jail manusia yang ingin selalu saja merusak

    Di beberapa tempat kami juga kembali menemukan hal-hal menakjubkan yang lain yaitu Raflesia atau bunga bangkai yang sedang mekar-mekarnya tumbuh bersama beberapa tunas-tunas muda yang siap untuk mekar juga. Tetapi kami harus bergegas, hari yang mulai meranjak sore seperti tidak memberikan kami banyak kesempatan untuk berlama-lama menikmati indahnya alam saat itu. 

    Perjalanan terasa sangat pajang dan melelahkan, beratnya medan serta padatnya vegetasi membuat kami berfikir dua kali untk melangkahkan kaki. Semak belukar, rotan, serta pohon-pohon tumbang seperti tiada habisnya menghalangi segala arah yang hendak kami tuju, yang kami lakukan hanya menebas dan tetap menebas, merunduk, merangkak dan tetap berjalan kedepan. Tidak hanya itu, seperti belum cukup, hujan pun turun dengan sangat lebat, membuat perjalanan semakin berat, tanah yang sebelumnya kering berubah menjadi lumpur, ransel yang kami bawa menjadi lebih berat, dan hal yang seakan menjadi hukuman bagi kami adalah udara yang sangat dingin khas hutan tropis menusuk tubuh yang dibaluti pakain basah sampai ke tulang. 



ladang gajah


     Kemudian tibalah di suatu tempat yang kami sebut dengan ladang gajah, tempat yang terbuka tanpa ditumbuhi pepohonan besar, hanya ada semak belukar serta rumput-rumput panjang, membentang sangat luas layaknya sebuah ladang. Di situ juga kami menemukan barisan jejak gajah yang sangat besar-besar mengarah ke sebuah punggungan yang ada di depan. Kami pun mengikuti jejak tersebut sembari menyelaraskan arah agar sama atau setidaknya tidak menjauh dari arah yang ingin kami tuju. Sedikit informasi Jalur gajah merupakan jalur yang banyak membantu para pendaki gunung karena kebiasaan gajah yang selalu berjalan diatas punggungan, dan gajah akan memilih medan yang mudah untuk dilewati. 


kotoran Gajah

    Selang beberapa saat perjalanan terdengar suara gemuruh air dari kejauhan yang menandakan ada sebuah sungai yang berada di depan. Sontak kami langsung bersemangat, Mengapa?? karna posisi camp 2 yang telah kami ploting berada tidak jauh setelah melewati sebuah sungai. Kami terus berjalan, suara sungai semakin keras terdengar, dan pada akhirnya perjalanan terhenti di sebuah jurang yang sangat curam, sialnya sungai yang ingin kami seberangi berada tepat di dasar lembah tersebut, sedangkan hari sudah hampir gelap. Gamel (Ketua tim)  langsung berinisiatif membagi kami menjadi 2 kelompok agar dapat menyusuri dua arah dengan sekali jalan untuk menemukan jalan turun, tim langsung berjalan ke arah kiri dan ke arah kanan sungai, tidak butuh waktu lama, salah satu kelompok menemukan jalan untuk turun.


Raflesia dan tunas

     Setelah seluruh anggota tim  turun ke bawah kami pun berusaha menyeberangi sungai tersebut. Satu tantangan selesai, tantangan lain pun muncul, ya begitulah kira-kira kondisi hari itu yang terus saja terjadi, sungai yang akan kami lewati ternyata sedikit dalam dan arusnya sangat deras, membuat hati sangat was-was. Tetapi tidak ada pilihan lain, Camp 2 sudah di depan mata, kami pun mulai berjalan perlahan masuk kedalam sungai secara bersamaan dengan satu sama lain saling berpegangan membentuk seperti sebuah rantai, metode ini sangat ampuh karna dapat membagi beban tubuh yang didorong oleh arus sehingga kaki menjadi lebih kuat dalam menahan tubuh. Kejadian itu  merupakan salah satu dari beberapa momen menegangkan yang terjadi dalam ekspedisi ini. Setelah behasil menyeberangi sungai tersebut kami pun bergegas memeriksa tempat disekitar yang agak jauh dari bibir sungai untuk dijadikan lapak  membangun Camp.  



camp 2

    Hari mulai gelap, suara jangkrik terasa begitu dekat di telinga,  Mengenakan sepasang pakain kering sambil menikmati hangatnya seduhan segelas kopi adalah suatu hal yang terasa begitu nikmat, ya kurang lebih begitulah yang kami rasakan. Makan malam pun telah siap, dengan begitu lahapnya kami  menyantap menu makan malam yang terasa sangat lezat. Kemudian Gamel (ketua tim) memulai sebuah breafing untuk membahas hal-hal seperti kondisi tim, semangat tim, evaluasi perjalanan, dan rencana perjalanan hari selanjutnya, Setelah breafing selesai kami pun bergegas tidur untuk menyambut hari esok, dalam benak sempat bertanya-tanya "perjalan seperti apakah yang akan kami hadapi esok ? "........

bersambung...........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nemu si Bunga Raksasa yang Langka

Exspedisi Pendakian Gunung Peut Sagoe (Bagian 2)

Akhir Pekan di Pantai Lamreh